Monday, October 3, 2011

Sejarah Pendidikan dan Ruang Lingkupnya

BAB II
SEJARAH PENDIDIKAN DAN RUANG LINGKUPNYA


A. Pengertian Sejarah dan Sejarah Pendidikan
    Secara etimologis kata “sejarah’ dalam bahasa Arab disebut “tarikh, sirah atau ilm tarikh”, yang berarti ketentuan masa atau waktu, sedang ilmu tarikh berarti ilmu yang mengandung atau membahas penyebutan peristiwa atau kejadian, masa atau terjadinya peristiwa, dan sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut (Ma’luf, 1968 : 8). Sedang dalam Bahasa Inggris sejarah disebut “history” yang berarti uraian secara tertib tentang kejadian-kejadian masa lampau (orderly description of past event).
Sejarah sebagai cabang ilmu pengetahuan mengungkapkan peristiwa masa silam, baik peristiwa politik, sosial maupun ekonomi pada suatu negara atau bangsa, benua atau dunia (Hornby, 1983 : 405).   
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, sejarah berarti silsilah, asal usul (keturunan), kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, sedangkan ilmu sejarah adalah pengetahuan atau uraian tentang peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau (Depdikbud RI, 1988 : 794).
Sedangkan secara terminologis, sejarah sering diartikan sebagai sejumlah keadaan dan peristiwa yang terjadi di masa lampau, dan benar-benar terjadi pada diri individu dan masyarakat, sebagaimana terjadi pada kenyataan-kenyataan alam dan manusia (Wahab, 1984 : 82). Sejarah adalah catatan peristiwa – peristiwa yang terjadi pada masa lampau (events in the past). Dalam pengertian yang lebih seksama sejarah adalah kisah dan peristiwa masa lampau umat manusia. Namun demikian, kajian sejarah masih terlalu luas lingkupnya sehingga menuntut pembatasan lagi. Oleh karena itu sejarah haruslah diartikan sebagai tindakan manusia dalam jangka waktu tertentu pada masa lampau yang dilakukan di tempat tertentu.
Menurut Sayyid Quthub (1984 : 18) sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa, melainkan tafsiran peristiwa-peristiwa, dan pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata dan tidak nyata, yang menjalin seluruh bagian serta memberikan dinamisme dalam waktu dan tempat.
Sejarah mencakup perjalanan hidup manusia dalam mengisi perkembangan dunia dari masa ke masa. Setiap sejarah mempunyai arti dan bernilai, sehingga manusia dapat membuat sejarah sendiri dan sejarah pun membentuk manusia. Menggunakan sejarah sebagai bahan hidup akan menimbulkan bermacam analisa dalam suasana budaya  sejarah tersebut.
Sejarah itu kembali berulang membawa peristiwa lama dan sama. Sejarah mempunyai arti dan memberi arti di mana manusia itu bagaikan dunia yang berputar di sekeliling dirinya sendiri. Sejarah ditulis dijadikan sebagai gambaran atau sebagai guru yang memberikan penuntun. Adakalanya sejarah merupakan laporan, teguran, yang lembut dank eras bagi ummat manusia yang membacanya, jadi sesuatu yang mengecewakan atau merugikan agar tidak terulang lagi. Oleh karenanya hendaknya diinterpretasikan sejarah tersebut ke dalam zaman sekarang apakah sesuai atau tidak sebagai bahan pertimbangan untuk berpegang pada sejarah.

B. Objek dan Metode Sejarah Pendidikan
    Sejarah Pendidikan mempunyai objek yakni mencakup fakta-fakta yang berhubungan dengan perkembangan dan pertumbuhan pendidikan baik formal, informal, maupun nonformal.
Sebagai cabang ilmu pengetahuan, objek Sejarah Pendidikan pada umumnya tidak terlalu jauh berbeda dengan objek sejarah pendidikan sepeti sifat yang dimilikinya (Hasbullah, 1995 : 9). Oleh sebab itu fungsi dari pendidikan adalah sebagai objek dan subjek. Maksudnya sebagai objek adalah aktivitas dari pendidikan itu sendiri menjadi bahan telahaan, sedang sebagai subjek adalah keberhasilan atau tujuan yang akan dicapai oleh pendidikan tersebut. Sejarah mencakup segala hal yang dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh manusia.

Dalam rangka penggalian maupun penulisan Sejarah Pendidikan ada beberapa macam metode yang dapat digunakan. Dalam penggalian sejarah pada umumnya menggunakan metode lisan, observasi, dan documenter.

1. Metode Lisan
Dengan metode ini pelacakan suatu objek sejarah dengan menggunakan interview. Metode interview atau wawancara disebut juga metode kuesioner lisan karena terjadilah suatu dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee).

2. Metode observasi
Dalam hal ini objek sejarah diamati secara langsung. Sebelum penelitian dimulai atau pertama kali terjun ke lapangan maka metode observasi sangat penting untuk digunakan dalam sebuah penelitian. Metode observasi merupakan metode pengumpulan data yakni penyelidikan yang dijalankan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera terhadap kejadian yang langsung bias ditangkap. Jadi metode observasi adalah metode penelitian dengan pengalaman yang dicatat dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.

3. Metode documenter
Metode ini berusaha mempelajari secara cermat dan mendalam segala catatan atau dokumen tertulis. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang dipakai untuk mengetahui data yang dapat dilihat secara langsung.l sebagai laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa dan sengaja menyimpan keterangan-keterangan tertentu atau catatan-catatan. Metode ini sangat efektif dan efisien dalam penggunaan waktu dan tenaga karena cukup dengan melihat catatan yang telah ada.

Khusus untuk penulisan Sejarah Pendidikan Islam, metode-metode lain yang dapat digunakan diantaranya adalah metode deskriptif, metode komparatif, dan metode analisis sintetis.

4. Metode deskriptif
Dengan metode ini ditunjukkan untuk menggambarkan adanya pendidikan Islami tersebut, maksudnya ajaran Islam sebagai agama samawi yang dibawa Nabi Muhammad yang berhubungan dengan pendidikan diuraikan sebagaimana adanya, dengan tujuan untuk memahami makna yang terkandung dalam sejarah tersebut.

5. Metode komperatif
Metode ini merupakan metode yang berusaha membandingkan sebuah perkembangan pendidikan Islam dengan lembaga-lembaga islam lainnya. Melalui metode inidimaksudkan bahwa ajaran-ajaran Islam tersebut dikomparasikan dengan fakta-fakta yang terjadi dan mengetahui adanya persamaan dan perbedaan dalam suatu permasalahan tertentu, sehingga demikian diketahui pula adanya garis tertentu yang menghubungkan pendidikan Islam dengan pendidikan yang dibandingkan.

6. Metode analisis sintetis
Metode ini dilakukan dengan melihat sosok pendidikan Islam secara lebih kritis, ada analisis dan bahasan yang luas serta ada kesimpulan spesifik. Dengan begitu akan tampak adanya kelebihan dan kekhasan pendidikan Islam. Hal itu akan lebih jelas dengan adanya pendekatan sintetis yang dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan yang diambil guna memperoleh satu keutuhan dan kelengkapan kerangka pencapaian tujuan serta manfaat penulisan Sejarah Pendidikan Islam.

C. Hubungan Sejarah Pendidikan dengan Ilmu-ilmu Lain
Sejarah Pendidikan bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, sejarah pendidikan merupakan uraian yang sistematis daripada segala sesuatu yang telah dipikirkan dan dikerjakan dalam lapangan pendidikan pada waktu yang telah lampau. Sejarah pendidikan menguraikan perkembangan pendidikan dari dahulu hingga sekarang (Djumhur, 1979 : 1). Oleh sebab itu, Sejarah pendidikan erat kaitannya dengan ilmu-ilmu lain, diantaranya :

1. Sosiologi
Dapat kita saksikan bahwa interaksi yang terjadi, baik antara individu maupun antar golongan, dimana dalam hal ini menimbulkan suatu dinamika. Dinamika dan perubahan tersebut bermuara pada terjadinya mobilitas social, yang kesemuanya berpengaruh pada suatu system pendidikan serta berbagai kebijakan pendidikan yang dijalankan pada suatu masa ;
Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi memiliki lapangan penyelidikan, sudut pandangan, metode, dan susunan pengetahuan. Pada dasarnya sosiologi dapat dibedakan kepada dua, pertama sosiologi umum yaitu sosiologi yang tugasnya menyelidiki gejala sosio-kultural secara umum, kedua sosiologi khusus yaitu pengkhususan dari sosiologi umum yang tugasnya menyelidiki suatu aspek kehidupan sosio-kultural secara mendalam termasuk dalam hal ini sosiologi pendidikan (Vembriarto, 1990 : 4). Dengan demikian sosiologi pendidikan merupakan sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan.

2. Ilmu Sejarah
Karena ia membahas tentang perkembangan peristiwa-peristiwa atau kewajiban-kewajiban penting di masa lampau, dan juga dibahas segala ihwal “orang-orang besar” dalam struktur kekuasaan dan politik, karena umumnya orang-orang besar cukup dominan pengaruhnya dalam menentukan system, materi, dan tujuan pendidikan yang berlaku pada masa itu.
Dengan mempelajari Ilmu Sejarah kita dapat mengambil hikmah dari sebuah sejarah atau kejadian masa lalu jika ada nilai dan sisi positifnya untuk dikembangkan dalam kemodernan pendidikan, tetapi sebaliknya hal yang sudah tidak sesuai  dengan perkembangan zaman dijadikan sebuah pengetahuan belaka.

3. Sejarah kebudayaan
Sejarah pendidikan merupakan bagian dari sejarah kebudayaan ummat manusia, karena mendidik itu berarti pula suatu usaha untuk menyerahkan atau mewariskan kebudayaan. Dalam konteks ini pendidikan berarti pemindahan isi kebudayaan  untuk menyempurnakan segala kecakapan anak didik guna menghadapi persoalan-persoalan dan harapan-harapan kebudayaannya. Dalam konteks ini tentu saja tidak semua isi kebudayaan akan diwariskan kepada generasi mendatang, yang diserahkan hanyalah isi-isi kebudayaan yang sesuai dengan keadaan zaman dan tempat serta yang memenuhi kebutuhan manusia pada zamannya.

D.  Urgensi Mempelajari Sejarah Pendidikan
Sejarah yang membahas peristiwa-peristiwa masa lalu, hendaknya jangan sampai diremehkan dan dibiarkan lewat seiring dengan berlalunya waktu, sebab bagaimanapun sangatlah besar makna sejarah bagi kehidupan manusia. “Belajarlah dari sejarah”, adalah kata-kata yang sering kita dengar dan mempunyai makna sangat berarti. Sejarah mengandung kegunaan dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia, sebab  sejarah mengandung dan menyimpan kekuatan yang dapat menimbulkan dinamisme dan melahirkan nilai-nilai baru bagi perkembangan kehidupan manusia.
Pada umumnya Sejarah Pendidikan bernilai bagi perkembangan kebudayaan, karenanya dengan mempelajari Sejarah Pendidikan berarti juga mempelajari kebudayaan. Akan tetapi bagi kaum pendidik, Sejarah Pendidikan mempunyai nilai khusus, karena :
1. Dengan mempelajari Sejarah Pendidikan kita memperoleh pengertian tentang fungsi pendidikan dalam keseluruhan kebudayaan ;
2. Sejarah Pendidikan mengajar kita untuk membedakan masa yang bernilai tinggi dengan yg tdk, sehingga kita terhindar dari tindakan2 yang salah dan sesat dalam melaksanakan usaha2 pendidikan ;
3. Sejarah Pendidikan memberi kita pegangan, sehingga tidak akan terjadi, bahwa kita akan selalu menganggap rendah hal2 yg sdh lama dan tinggi hal2 yg modern ;
4. Dengan mempelajari Sejarah Pendidikan kita akan sadar, bahwa pendidikan itu hendaknya disesuaikan atau diselaraskan dengan perubahan-perubahan dalam keadaan, ilmu pengetahuan dan teknik.
5. Sejarah Pendidikan menginsyafkan kita, bahwa pendidikan dan tugas pendidik sangat penting artinya.
6. Dengan mempelajari Sejarah Pendidikan kita akan memperoleh contoh-contoh pendidikan yang baik.

Dalam pada itu perlu kita perhatikan tiga hal :
a. Sejarah Pendidikan memberi pelajaran kepada kita, bahwa sejak dahulu kala banyak dalil-dalil pendidikan dikemukakan orang, yang kemudian dilupakan lagi. Tetapi juga kita sadari, bahwa ada kita jumpai kebenaran-kebenaran yang berlaku sepanjang masa dan yang besar sekali nilainya bagi perkembangan kebudayaan.
   Menyelidiki dan mengakui adanya kebenaran-kebenaran itu merupakan hasil yang sangat penting.
b. Hasil kedua adalah timbulnya pendapat, bahwa teori-teori pendidikan tidak dapat kita rumuskan dalam suatu rumus yang nilainya mutlak: berlaku untuk setiap waktu dan untuk tiap-tiap bangsa. Pendidikan itu berhubungan rapat sekali dengan pendirian-pendirian tentang filsafah, kepercayaan, pendirian politik, pendirian hidup yang selalu berubah. Pendidikan itu dipenuhi aliran-aliran maknawiah dalam suatu waktu tertentu.
c. Akhirnya kita lihat dalam Sejarah Pendidikan itu suatu garis yang menuju ke arah perkembangan, ke arah perbaikan dalam sistim pendidikan.








No comments:

Post a Comment